Tetaplah kau jadi Cinderella bagi-ku..!!

oleh : Freddy Manullang

Sesosok raga anggun bergaun cinderella berjalan lemah memasuki taman.
Kelopak mata yang membengkak karena ratapan, menuturkan kedalaman sedihnya.
Terpaan air hujan mengaburkan penglihatanya pada menara jam di depannya.
Dengan tangan kananya yang memeluk boneka kelinci,
digigitnya sendiri pergelangan tangan kirinya.
Mengoyak dengan gigi gemetar hingga putus otot ototnya.
Darah mengalir jatuh seirama dinginya air hujan yang menikam sekujur kulitnya.
Begitu menara jam berdendang menyerukan pukul 12 malam,
dengan suara tertahan yang berbaur dengan desahan kesakitan, ia berkata :


"30 juli,. . . satu satunya keindahan dihidupku.
Tanpa rasa jijik kau sentuh rambutku, dan sebut daging busukku ini , CINDERELLA!



Jauh dari keramaian Sepasang mata (Donna, 21 tahun) bermaskarakan kebencian,
menatap hina pada 2 insan pemadu kasih.
Donna mengikat rambut panjangnya dan berjalan melenggang seksi,
ke arah mereka yang bercumbu di dalam mobil,
dengan genggaman tanganya yang menyeret pemukul bola golf.
1 ayunan lembut Donna menghancurkan kaca mobil,
dan membuat terperanjat mereka berdua yang telanjang di dalamnya.
"Dona,! aku, aku bisa jelaskan ini..!", kata si lelaki gugup seraya mengenakan pakaianya.
Donna meludahkan permen karetnya dan menatap si wanita.
"Hey pelacur, kau mengambil pelangganku!"
"Tubuh busukmu sudah tidak enak lagi untuk dipeluk, sudah wajar kalau dia memilihku!"
Donna yang naik pitam, dihalangi si lelaki.
" tahan emosimu, don.!. Percayalah, hanya kau yang kucinta"
"Aku tak butuh cintamu!, aku butuh uangmu..!!!"

* * * * *


Donna berjalan melintasi taman kota.
Di mana para remaja menghabiskan waktunya bersama pujaan hati.
Dengan sekaleng minuman di tangan kanan dan SkateBoard yang menggantung di tangan kirinya, Donna memandang iri pada mereka yang berselimutkan kebahagiaan.
Bagi Donna, cinta adalah bintang tertinggi yang sulit untuk dinikmati kemilau indahnya.
Baginya, lelaki adalah uang.
Begitu juga sebaliknya, bagi lelaki,
Donna hanyalah sesosok kenikmatan sesaat.
Tapi bukan berarti Donna tidak memiliki pria idaman.

Donna mendapati teman baiknya (Johnny 19 tahun) tertidur di teras rumahnya.
Dengan sejuta rasa bahagia,
Donna mewarnai bibir pemuda lugu tersebut,
dengan lipstik merahnya.
Bagi Donna, Johnny adalah penggalan jiwanya.
Satu satunya lelaki berharga dihidupnya.

Donna tinggal sendirian dirumah kecil yang sederhana di pinggir jalan.
Tidak ada yang tahu siapa dan dari mana Donna berasal.
Tidak juga pada Johnny, ia mau berbagi kisah.
"Boneka itu untuku?" tanya Donna saat melihat boneka kelinci di tangan John
"Bukan.!, ini untuk Cleo" sahut pria manis tersebut

Menurut Donna, tiada yang lebih indah,
selain memandang wajah John yang tengah berbahagia.
Apalagi ketika John bertutur tentang kekasihnya Cleo, 18 tahun.
"Kenapa dengan mukamu?"
"Aku dipukul ayahku gara gara kucuri uangnya" ungkap John malu
"Sering kubilang!, kalau soal uang bisa kuusahakan. . "

"Karena itulah aku kemari" sela John dengan menyentuh bibir lembut Donna.
Memberikan rasa malu sekaligus bahagia yang teramat sangat.
"Tolong pinjami aku uang, hari ini ultah si Cleo" lanjut John.

* * * * *


Di pinggiran taman kota,
Donna berjalan mengikuti John yang berbunga bunga.
John berjalan ringan memeluk bingkisan hadiah,
yang akan ia berikan pada Cleo, sang kekasih.
"Kau mencuri dan meminjam uang dariku hanya untuk beli baju jelek itu?"

"Ini gaun Cinderella" kata John seraya memperlihatkan bingkisanya di muka Donna,
"Aku tidak sabar ingin melihat Cleo mengenakan gaun ini"
"Bagiku itu hanya sekedar kain yang memperburuk keindahan tubuh wanita"

John terdiam tak menyahut lalu mengamati tubuh Donna,
yang hanya memakai tank top dan celana pendek.
"Wanita Tomboy sepertimu, mana ngerti keanggunan" Sindir John dengan menahan tawa.

Sudah kebiasaan bagi Donna memukul John,
setiap kali John menghina cara berpakaianya.
Tapi kali ini Donna urungkan niatnya,
saat ia sadari ekspresi menyakitkan hinggapi paras John.
John menatap hampa segala yang nampak di hadapannya.
Cleo tertawa bahagia bergandeng tangan dengan pria lain.
Tanpa bisa menghindari mereka yang berjalan berlawan arah,
John menutupi wajahnya dengan boneka kelinci.
Entah karena John tak ingin memperlihatkan wajahnya,
atau memang ia tidak mau melihat mereka.
Lain halnya dengan Donna, diraihnya lengan Cleo saat melewatinya.

"Hey Bitch, adakah pendarahan di otakmu?,
pantaskah berdiam diri saat bertemu teman lama?!"

"Selamat lah don, kalian berdua jg pasangan yg cocok,
mulai hari ini loe gak perlu lagi sembunyi sembunyi dari gue kalo berkencan sama John"
"Jiahh..Loe tuh, pura-pura salah sangka atau mau berpaling dari kesalahanmu?!"

"Dengerin don, saat ini aku bahagia.
Bahkan melebihi hari hariku bersama John. Jangan rusak kebahagiaanku!"
"Woyy...John..!, Speak up dude..! jangan diam aja..!" pinta Donna
"Aku harus katakan apa..?", kata John pelan

"Dengar sendiri kan..?!,
dia lelaki bodoh, yang tidak tahu apa apa tentang perasaan perempuan..!!.
John sama sekali tak ada keinginan untuk mempertahankan aku.
Baginya aku bukanlah sesuatu yang berharga!!"

* * * * *

Berjam jam Donna temani John yang terlentang merebah di rerumputan taman kota.
"Kau benar benar bodoh!" maki Lena seraya menyulut api rokoknya
"Kau ingin aku lakukan apa?"

"Marah..!,
tunjukan pada Cleo, kalau kau tidak ingin berpisah.
Pertahankan dia, katakan padanya kalau kau masih ingin bersamanya..!"
"Aku tidak pandai dalam hal itu. Lagipula Cleo begitu bahagia dengan kekasih barunya. ."
"GuoBblokk..!!", sela Donna

"Cleo tidak pernah sebahagia itu sela bersamaku,
tidak pernah.
Harusnya aku sadar saat terakhir kalinya ia bersamaku.
Cleo bilang, kalau ia perempuan normal,
yang membutuhkan rayuan dan perhatian yang lebih.
Tapi itu kelemahanku.
Aku pecundang dalam sejarah lelaki,
terlalu sulit bagiku untuk ucapkan kata rayuan."

Suara John tertahan segala rasa pedihnya.
Baru kali ini Donna sadari bahwa,
lelaki juga bisa tersakiti layaknya perempuan,
bahkan lebih. Karena biasanya lelaki, pantang berair mata.
"Pukul aku" perintah John
"Tidak untuk hari ini"

"Sungguh aneh sekali kalau isi tubuhku tercabik,
sementara kulit dan dagingku masih sempurna"
"Kalau aku sakit hati, biasanya. . ."

"Jual diri..!?, perempuan murahan,
pelacur busuk..!, jangan kuliahi aku dengan segala omong kosongmu...!,
$%#&!@,#&*!!!!"

Sebatang rokok terjatuh dari bibir merah Donna.
Terlalu sering bagi Donna mendengar hinaan serupa dari banyak orang.
Tapi, ini pertama kalinya ia mendengar langsung dari bibir orang yang paling ia sayang.
Tiada lagi alasan bagi Donna untuk menahan air mata.
Dipukulnya wajah John tiada henti dengan mata berkaca kaca.

"Kau sungguh lelaki cacat,
yang tidak tahu apa apa tentang perasaan perempuan..!!!!!"

Donna duduk bersandarkan pohon besar menegak sekaleng minuman.
Dipandangnya menara jam yang hampir menunjuk pukul 12 malam.
"Maaf, kupikir kata kata seperti itu sudah tak bisa melukaimu"
"Kau masih hidup?"
"semoga kau tidak mematahkan leherku"

Donna tersenyum,
begitu juga John yg mulai tertawa.
Donna bangkit dan mengambil gaun Cinderella yang masih terbungkus rapi.
Senyum menawan bak putri raja,
menghiasi wajah Donna saat ia membuka bingkisan gaun Cinderella.

Menara jam berdentang keras, menghancurkan lamunan John.
ia pun bangkit dan menatap kagum sesosok Donna yang mengenakan gaun Cinderella.
Purnama sinari sekujur tubuh Donna yang menghadap menara jam.
Memberitahukan pada John, siapa Cinderella sesungguhnya.

John hampiri Donna,
di lepaskanya ikatan rambut Donna.

"Aku pikir ini gaun, . .aku juga yang beli. .
karna sebagian uangnya dariku", ucap Donna gugup dan berantakan,
saat John membelai dan mengurai rambut panjangnya
"Pakailah, ini milikmu" kata John lembut
"Akupun, . . .juga ingin jadi Cinderella"

Donna berusaha keras untuk tidak menatap mata John secara langsung.
Terlalu memalukan baginya telah mengungkapkan keinginanya untuk jadi Cinderela.
"Bisakah seorang DonnaTidak merokok lagi?"
"Bisa!!"
"Tidak mabuk lagi?"
"Itu mudah!!"
"Tidak melakukan . . ."
"Aku bisa!!, aku bisa!!, aku bisa!!" sela Donna bahagia

John membelai lembut rambut Donna dan berkata :"Maka, Mulai Malam ini, Tetaplah kau jadi CINDERELLA bagi-ku..!!"
Add caption
"